Jurnal Pemikiran Sosial Ekonomi
Pembuangan Soekarno ke Ende sama sekali tidak menarik perhatian para ahli ilmu politik, sejarawan, peneliti, dan kalangan intelektual lainnya. Ende, dalam hubungan dengan Soekarno, hanya dikenal sebagai tempat pembuangan, tidak lebih dari itu. Tulisan ini mencoba memeriksa hal itu, dan menemukan kenyataan bahwa Ende jauh lebih berarti dari sekadar “tempat” pembuangan. Untuk memahami Ende, kota ini harus ditempatkan dalam konteks sosial-politik kolonial Flores. Untuk memahami sang interniran, Soekarno harus ditempatkan dalam konteks penangkapan/pemenjaraannya yang kedua, yaitu sejak Agustus 1933 hingga Februari 1934 di Soekamiskin. Soekarno mengalami kehancuran mental, ketidakpastian sosial, dan disorientasi politik. Ende memulihkan ketiganya untuk membuat Soekarno menjadi Bung Karno lagi, sang ideolog.
Kata Kunci : None