Sekilas memperhatikan peta apa pun akan menunjukkan ketidakseimbangan geografis antara Belanda dan Indonesia. Namun, pertanyaan tentang spaciality (keruangan) tidak terlalu menarik perhatian dalam studi hubungan historis Belanda-Indonesia. Selama era liberal (1870-1901) dan tahun-tahun awal era Politik Etis, misalnya, ruang memainkan peran sangat besar dalam kegelisahan Kerajaan Belanda tentang “kekaisaran.” Itu terutama berkait erat dengan perdebatan tentang korupsi. Orang-orang sezaman sering melihat “jarak” dari “kontrol pemerintah” sebagai faktor penyebab utama asal-usul korupsi. Dengan cara itu, orang-orang sezaman menciptakan hubungan erat diskursif antara “pinggiran” dan “korupsi.” Lebih dari itu, mereka berpendapat bahwa negara kolonial hanya dapat menciptakan keamanan dan ketertiban dalam kondisi “pinggiran” korupsi yang justru berkembang subur berkat ekspansi negara.
Kata Kunci : kekaisaran, korupsi, pengayoman, relativisme budaya, Sistem Tanam Paksa