Sejumlah studi yang membahas fenomena kekerasan atas nama Islam melihat hal ini sebagai tanda menguatnya radikalisme keagamaan yang mengancam keamanan, baik pada level negara maupun global. Untuk mengatasi ancaman kelompok Islam radikal, perspektif itu mendesak digunakannya pendekatan represif. Studi lainnya dengan pendekatan ekonomi-politik menganggap penggunaan kekerasan merupakan simtom kelemahan, fragmentasi, dan kegagalan Islam politik. Bagi mereka, pendekatan represif dalam merespons aspirasi Islam politik justru memprovokasi penggunaan kekerasan. Meski memiliki penekanan berbeda, keduanya mengandaikan bahwa kekerasan melekat pada kelompok Islam politik. Dengan asumsi itu, penjelasan sejumlah ilmuwan yang menggunakan analisis ekonomi-politik gagal melampaui narasi tentang “ancaman Islam” yang diproduksi oleh pendekatan keamanan. Kegagalan itu bersumber dari pengabaian analisis atas watak kapitalisme yang dapat menjelaskan genealogi kekerasan non-negara. Artikel ini berargumen bahwa kekerasan lebih melekat pada perkembangan kapitalisme predatoris, yakni proses akumulasi kekayaan dan kekuasaannya dominan menggunakan instrumen ekstra-ekonomi.
Kata Kunci : kapitalisme predatoris, kelompok vigilante, kekerasan, populisme Islam, preman