Makanan, dalam pengertian sebagai kuliner, tidak sekadar berkaitan dengan nutrisi. Ia adalah juga sebuah kebudayaan yang terkait dengan identitas. Ada banyak hal yang membentuk identitas, salah satunya adalah dari ekonomi politik. Keharusan negara untuk menyediakan makanan dengan nutrisi yang baik untuk seluruh warganya menciptakan produksi makanan massal. Perbandingan antara Thailand dan Indonesia memperlihatkan kontras yang tajam dalam politik ekonomi makanan massal. Thailand lewat nasionalisme kenegaraannya menciptakan makanan massal untuk rakyat kebanyakan. Sementara itu, Indonesia menciptakan makanan massal lewat kroni-isme dan perkoncoan di kalangan para elitenya. Mengapa Indonesia memilih terigu sebagai basis makanan massal? Apa kepentingan kekuasaan di baliknya?
Kata Kunci : kebudayaan kuliner, makanan massal, mi instan, nasionalisme, rasa dan selera