Ruth Indiah Rahayu menyelesaikan S-2 dari Program Studi Filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, dengan tesis berjudul “Pengasingan Keperempuanan dari Nalar dalam Narasi Sejarah Filsafat Barat.” Kini, aktivis Lingkar Tutur Perempuan itu bekerja sebagai peneliti di Institut Kajian Krisis dan Studi Pembangunan Alternatif (INKRISPENA), lembaga yang peduli dengan isu perburuhan, perlindungan sosial transformatif, dan kajian feminisme utamanya berhubungan dengan isu reproduksi sosial. Selain membangun dan mengelola sekolah feminisme di bawah naungan INKRISPENA, juga pernah mengelola sekolah untuk peneliti dan penulis di Institut Desantara, Jakarta. Ketertarikan dengan studi feminisme berawal saat bekerja di organisasi perempuan, Kalyanamitra, Jakarta. Banyak melakukan penelitian dan menulis tentang gerakan perempuan Indonesia dengan perspektif sejarah. Ketika bekerja di Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) memfokuskan penelitian mengungkap partisipasi, khususnya kebangkitan dan penghancuran, politik perempuan yang selama ini disembunyikan dalam sejarah Indonesia. Editor buku Identitas Perempuan Indonesia: Status, Pergeseran Relasi Gender dan Perjuangan Ekonomi-Politik (2010), Identitas Urban, Migrasi dan Perjuangan Ekonomi- Politik di Makassar (2012), Rekonsiliasi Kultural Tragedi 1965 (2016), dan Menjadi Pelaku Rekonsiliasi Kultural (2016) itu, pernah menjadi bagian dari tim kerja yang mempersiapkan pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi penyelesaian Tragedi 1965 sebelum UU KKR dianulir Mahkamah Agung pada 2004. Namun demikian, tetap menggiatkan rekonsiliasi kultural terkait Tragedi 1965 di beberapa daerah bersama organisasi Syarikat Indonesia. Penelitiannya berjudul “The Women’s Movement in Reformasi Indonesia” dan “Melacak Jejak Androsentrisme dalam Teori Pengetahuan” masingmasing diterbitkan dalam Indonesia: The Uncertain Transition (2001) dan Jurnal Filsafat Driyarkara (2015).