Bosman Batubara, lahir di Tolang, 11 Juli 1980, adalah alumnus Jurusan Teknik Geologi UGM (2005) dan Interuniversity Programme in Water Resources Engineering, KU Leuven dan VU Brussel, Belgia (2012). Menyelesaikan studi S-3 (Juni 2022) di Water Governance Department, IHE-Delft Institute for Water Education, dan Human Geography, Planning, and International Development Department, University of Amsterdam; sembari bekerja sebagai peneliti di institusi kedua. Terlibat kerja-kerja (ko-)produksi pengetahuan seperti menulis buku, antara lain, Teman Rebahan: Kapitalisme dan Covid-19 (2020); bersama Henny Warsilah, Ivan Wagner, dan Syukron Salam, Maleh dadi Segoro: Krisis Sosial-Ekologis Kawasan Pesisir Semarang-Demak (2020); bersama Heru Prasetia, Bencana Industri: Relasi Negara, Perusahaan, dan Masyarakat Sipil (2010); bersama Paring Waluyo Utomo, Kronik Lumpur Lapindo: Skandal Bencana Industri Pengeboran Migas di Sidoarjo (2012); kontributor dalam Anton Novenanto, Membingkai Lapindo: Pendekatan Konstruksi Sosial atas Kasus Lapindo (Sebuah Bunga Rampai) (2013); kontributor dalam Dwicipta dan Hendra Try Ardianto, #Rembang Melawan: Membongkar Fantasi Pertambangan Semen di Pegunungan Kendeng (2015); bersama Anna Mariana (penyunting), Seni dan Sastra untuk Kedaulatan Petani Urutsewu: Etnografi Wilayah Konflik Agraria di Kebumen (2015). Menulis sejumlah artikel dalam jurnal Wiley Interdisciplinary Reviews: Water, Wacana, Prisma, Antipode, dan Human Geography, serta majalah daring Inside Indonesia dan südostasien. Pernah menjadi reviewer untuk jurnal Bhumi, Antipode, Geoforum, Annals of the American Association of Geographers, dan Water Alternatives