Made Supriatma dilahirkan di Denpasar, Bali, 1966. Meraih gelar S-1 (1991) Ilmu Politik dari Departemen Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan memperdalam ilmu politik pada Department of Government, Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat. Pernah bekerja sebagai peneliti di Lembaga Studi Realino (LSR), Yogyakarta. Sekarang bekerja sebagai Visiting Research Fellow pada ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura. Jurnalis independen dan aktif menulis di berbagai media massa cetak dan daring ini, bergabung di Indonesia Study Program, Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) sejak 2019. Fokus risetnya adalah soal pemilihan umum, desentralisasi, Papua, konflik dan kekerasan etnis, serta hubungan sipil-militer dan politik militer. Di ISEAS, bersama Dr Hui Yew Foongm, menjadi co-editor buku kumpulan kajian berjudul The Jokowi- Prabowo Elections 2.0 (2022). Tercatat sebagai Early Warning Fellow The Simon-Skjodt Center for the Prevention of Genocide, sebuah institusi riset yang berada di bawah The United States Holocaust Memorial Museum, Washington DC, Amerika Serikat. Belum lama ini, menerbitkan laporan hasil riset berjudul “Don’t Abandon Us”: Preventing Mass Atrocities in Papua, Indonesia (2022), sebuah studi tentang risiko terjadinya pembantaian massal di Papua.