Goenawan Mohamad ialah seorang penyair dan sastrawan Indonesia terkemuka. Budayawan kelahiran Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941, ini adalah pendiri (1971) dan Pemimpin Redaksi Majalah Tempo (1971-1993 dan 1998- 1999); reporterHarian KAMI (1967-1970); dan memimpin majalah Ekspres (1970-1971). Belajar psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1960-1964); ilmu politik di Collège d’Europe, Brugge, Belgia (1965-1967); dan mengikuti program Nieman Fellow di Harvard University, AS (1989-1990). Salah satu pendiri Yayasan Tifa ini juga merupakan pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Institut Studi Arus Informasi (ISAI). Selepas menjadi Pemimpin Redaksi Tempo, aktif di bidang kesusastraan, seni dan budaya, termasuk membidani lahirnya Salihara. Memproduksi berbagai karya sastra antara lain kumpulan puisi Parikesit (1971), Interlude (1976), Asmaradana (1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998); kumpulan esai dalam Potret Seorang Penyair Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra dan Kita (1980), Kesusastraan dan Kekuasaan (1993), dan Catatan Pinggir (7 jilid). Buku lainnya adalah Tuhan & Hal-Hal yang Tak Selesai (2007), Kali, A Libretto (2008), Tan Malaka (2009), Indonesia/Proses (2011), Marxisme, Seni, Pembebasan (2011), dan Tokoh+Pokok(2011). Pria yang akrab disapa Mas GM ini mendapat beberapa penghargaan di antaranya Professor Teeuw Award(Leiden, 1992), The Louis Lyons Award (Harvard, AS, 1997), The International Press Freedom Awards (AS, 1998), International Editor of the Year Award (AS, 1999), Khatulistiwa Literary Award Indonesia Best Fiction Award (2001), The Wertheim Award (Amsterdam/Leiden, 2005), dan anugerah sastra Dan David Award (Tel Aviv, 2006) bersama antara lain Esais dan pejuang kemerdekaan Polandia, Adam Michnik.