Menyandang disabilitas sensorik mata sejak lahir di Kota Indramayu, 31 Agustus 2002, dengan saudara kembar, Berliani Fauziyyah kini sedang menyelesaikan program S-1 di Jurusan Seni Musik, Universitas Pendidikan Nasional Indonesia (UPI), Bandung. Di usia dini, dia diperlakukan berbeda dibanding saudara kembarnya yang sebelah matanya dapat melihat sempurna. Namun, Berliani gigih minta disetarakan. Berlian, demikian nama akrabnya, sering menjumpai “prasangka” yang lebih disebabkan rendahnya kesadaran dan empati lingkungan sekitar dalam memahami cara berkomunikasi dengan penyandang tunanetra.
Pada 2023, seorang mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, yang sedang menyusun proyek film dokumenter tentang penyandang disabilitas, mengajak Berlian bergabung dalam Pergerakan Disabilitas dan Lansia (DILANS) Indonesia yang dideklarasikan di Bandung. Bersama penyandang disabilitas lainnya yang menjadi relawan DILANS, mereka mengadvokasi sejumlah kebijakan agar hak-hak penyandang disabilitas dihormati dan dipenuhi oleh negara.
Pada awal November 2024, Pemimpin Redaksi Prisma Harry Wibowo mewawancarai Berlian di kantor DILANS, di bilangan Dago, Sumur Bandung, tempat perkumpulan ini menjalankan program dan proyek pemetaan infrastruktur perkotaan agar ramah bagi penyandang disabilitas.