Sebagai sebuah manifesto non-komunis (bahkan anti-komunis dalam konteks Perang Dingin), karya WW Rostow tentang tahap-tahap pertumbuhan ekonomi (1960) menjadi doktrin pem- bangunan yang diyakini mampu membawa negara-negara bekas jajahan, seperti Indonesia, menempuh jalan modernisasi menuju masyarakat adil dan makmur. Namun, modernisasi dalam sistem kapitalisme tersebut terbukti gagal memenuhi janjinya. Bahkan, kurang dari dua dasawarsa sejak Orde Baru memapankan diri, kritik terhadap model pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi makin keras berkumandang, terutama tecermin dalam pergulatan pemikiran, pendirian, serta debat yang muncul dari berbagai tulisan dan penulis di Prisma selama setengah abad. Walaupun doktrin Rostow bangkit kembali dalam wujud paling banal, yakni keyakinan mutlak pada idealisasi kapitalisme pasar, namun sejak Prisma terbit kembali pada 2009, beberapa alternatif model pembangunan mulai menam- pakkan diri, terutama didorong oleh krisis sosial-ekologi yang dipicu ketimpangan sosial dan perusakan alam.
Kata Kunci : ketimpangan sosial, krisis, lingkungan, neoliberalisme, pembangunan