Masa Depan Papua: Terkunci oleh Masa Lalu?

BAGIKAN



Papua adalah sebuah bangsa yang terabaikan dan terjebak pintalan kepentingan kekuatan-kekuatan lebih besar yang mengelilinginya–baik Indonesia maupun kekuatan internasional. Nasib orang Papua selalu ditentukan oleh orang luar. Ceruk terdalam dari keadaan itu adalah rasisme, yaitu Orang Asli Papua (OAP) dipandang tidak mampu bertindak sebagai pengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Mengapa OAP masih memelihara aspirasi untuk memisahkan diri dari Indonesia, kendati pihak Indonesia telah mendesain sejumlah institusi yang berusaha melindungi kepentingan OAP, seperti pemberian status Otonomi Khusus (Otsus) dan transfer finansial dalam jumlah besar untuk membangkitkan ekonomi Papua? Otsus memang memperbaiki indikator-indikator kesejahteraan Papua, namun ini datang dengan berbagai konsekuensi seperti migrasi dan marginalisasi OAP di wilayah pedalaman dan pegunungan. Otsus memang menciptakan kelas menengah birokratik di Papua—yang mengekspos ketimpangan-ketimpangan di dalam OAP sendiri. Dalam situasi demikian, tidak mengherankan bila nasionalisme menjadi sebuah jawaban.

 

Kata Kunci : nasionalisme, Otonomi Khusus, Papua, rasisme, separatisme

EDISI

Dua Puluh Lima Tahun Reformasi: Oligarki dalam Demokrasi | 42 | 2023-07-25

BAGIKAN


Beli Prisma Cetak

Dapatkan prisma edisi cetak sekarang dengan klik dibawah ini

Webstore

Berlangganan Newsletter