Polemik Soedjatmoko versus Boejoeng Saleh: Krisis yang Berlanjut

BAGIKAN



Sejak pertengahan 1954 hingga awal 1955, dua intelektual Indonesia, Soedjatmoko dan Boejoeng Saleh berpolemik di media tentang krisis daya cipta, termasuk krisis karya sastra. Polemik ini dipicu kata pengantar Soedjatmoko dalam edisi perdana majalah Konfrontasi, yang menyebut kesusastraan revolusioner telah mandek dan hanya menjelmakan dalam berbagai cerita pendek dan sajak. Tidak ada lagi roman-roman berkualitas yang muncul. Sementara itu, Boejoeng Saleh yakin krisis kesusastraan merupakan bagian dari krisis endogen (dalam negeri) dan eksogen (luar negeri) serta ekses Perang Dunia II yang membelah dunia menjadi Blok Barat dan Blok Timur. Tak pelak, polemik tersebut menyentuh isu-isu lain yang terhubung dengan sejarah, politik, sosial, ekonomi, dan situasi global. Pandangan mereka juga mewakili kubu-kubu politik dan pemikiran yang telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Soedjatmoko adalah politikus cum cendekiawan Partai Sosialis Indonesia (PSI), sedangkan Boejoeng Saleh aktif dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).

 

Kata Kunci : Boejoeng Saleh, krisis daya cipta, kritik sastra, polemik, Soedjatmoko

EDISI

Seratus Tahun Soedjatmoko | 42 | 2023-03-25

BAGIKAN


Beli Prisma Cetak

Dapatkan prisma edisi cetak sekarang dengan klik dibawah ini

Webstore

Berlangganan Newsletter